Setelah sekian lama meninggalkan Garuda saya kembali harus
menggunakan maskapai kebanggaan bangsa Indonesia untuk terbang ke Solo.
Maskapai Air Asia yang selama ini saya gunakan tidak terbang ke Solo dari
Jakarta. Mengapa saya lebih suka melakukan penerbangan dengan Air Asia?
Berikut adalah bedah kasus mengapa Air Asia sukses meraup
pasar Indonesia.
Kenyamanan
Masih ingat awal kehadiran Air Asia? Penerbangan murah yang
segera merebut hari banyak orang ini sempat bikin heboh. Pasalnya naik pesawat
tidak ubahnya seperti naik bis antar kota antar provinsi. Orang harus
berebut-rebut untuk naik pesawat karena tidak ada nomor bangku sehingga
penumpang harus berlari-lari untuk mendapatkan tempat duduk yang diinginkannya.
Segera saja gaya Air Asia tersebut menuai protes. Bagusnya mereka mendengar
suara konsumen dengan baik dan segera merubah layanan reservasi dengan
memberikan penomoran bangku meskipun konsumen belum bisa memilih. Sekarang sudah
jauh lebih nyaman lagi, konsumen bisa memesan bangku sejak dari booking tiket.
Transparansi
Di Garuda Anda bisa memilih bangku? Jika dilihat di website memang bisa tetapi jangan heran,
meskipun Anda sudah pesan lebih dulu jangan harap bangku pilihan Anda bisa
dipilih semua karena untuk kelas-kelas yang lebih rendah hanya terbuka pilihan yang
terbatas. Sedangkan bangku-bangku favorit hanya untuk kelas yang lebih mahal.
Di Air Asia jika Anda bersedia membayar lebih maka Anda bisa memilih bangku
manapun selama masih belum ada yang membeli. Saya memilih layanan ala Air Asia
yang lebih transparan. Mau tempat lapang bayar lebih mahal, mau lebih murah
pilih yang biasa.
Web Check In 2 minggu
di muka
Kenyaman lain yang diberikan adalah penumpang bisa melakukan
web check ini 2 minggu di muka. Bayangkan dengan Garuda, web check in baru bisa
dilakukan 12 jam menjelang keberangkatan. Layanan check in di kantor layanan
Garuda? Hanya bisa 24 jam sebelum keberangkatan dan sudah ditutup 3 jam sebelum
keberangkatan. Saya pernah menyaksikan calon penumpang yang mampir ke kantor
Garuda untuk check in tetapi ditolak karena sudah kurang dari 3 jam. Sebaliknya
saya sendiri pernah mau melakukan check in ditolak karena belum 24 jam
menjelang keberangkatan. Ooh...susahnya check
in di Garuda. Di Air Asia, dua minggu sebelum keberangkatan saya bisa check
ini dan bisa print sendiri boarding pass.
Makanan harus beli?
Bukan hal yang perlu diributkan. Di Garuda mahal karena
sudah termasuk makanan? Bukan hal yang penting sekali. Justru di Air Asia jika
butuh bisa beli, bisa pilih lagi. Kualitas makanannya tidak buruk. Kalau pesan
on line lebih murah. Ada cukup banyak pilihan. Sedangkan makanan di Garuda
pilihannya tidak ada. Menunya tidak beragam. Hanya ada 2 pilihan saja. Rasanya
sangat biasa khususnya penerbangan domestik.
Sistem IT yang canggih
Bukan kali ini saja saya harus stres dengan pemesanan tiket
via website Garuda. Untuk membeli tiket ke Solo saya harus menghabiskan waktu
lebih total dari 1 jam. Saya mulai dengan mencari kota tujuan, menentukan jam
yang dipilih dan seterusnya sampai ke tahap pembayaran. Setelah semua diisi
tibalah pada konfirmasi pembayaran. Di situlah saya harus menghadapi fakta
bahwa pembayaran saya error. Saya ulangi lagi semua proses dan lagi-lagi
nyangkut di pembayaran. Akhirnya saya harus telepon ke call center Garuda.
Setelah menghabiskan waktu 10 menit sendiri saya lagi-lagi berhadapan dengan
fakta bahwa membayar dengan kartu kredit via telepon gagal dilakukan. Akhirnya saya
harus membayar via internet banking yang untungnya bisa saya lakukan.
Ditelepon Call Center
Garuda
Hebatnya sore tadi saya menerima telepon dari call center
Garuda yang mengingatkan bahwa besok penerbangan saya pukul 16.45. Saya
mengiyakan dan lantas bertanya apakah bisa check ini via telepon? Di jawab, “Tidak
bisa.” Apakah bisa via web check in? “Belum bisa Pak, tunggu 12 jam sebelum
keberangkatan. Apakah bisa ke kantor Garuda? “Ow, belum bisa karena belum 24
jam menjelang keberangkatan”. Susahnya memakai jasa Garuda.
Konsisten Mendengar
Suara Konsumen
Sebagai pengguna rutin Air Asia saya secara konsisten
mendapat email survei segera setelah saya terbang untuk menanyakan pengalaman
saya terbang bersama mereka. Hal yang saya tidak terima dari Garuda.
Mendengarkan suara pelanggan adalah kunci sukses bagi Air Asia dalam meraup
pasar Indonesia yang sangat besar ini.
Tidak heran Tony Fernandez memindahkan kantor pusat Air Asia
justru ke Indonesia, bukan di Malaysia sebagai tempat asal mula Air Asia. Tentu
saja, karena pasar Indonesia yang sangat gemuk.
Tentu saja, karena maskapai milik negeri ini masih
tertatih-tatih dengan pelayanan yang baik. Meskipun disebut memenangkan
berbagai penghargaan tetapi bagi saya Garuda masih perlu banyak berbenah.
Catatan penulis: Jika
Anda ingin tahu lebih banyak tentang bagaimana memberikan layang yang
outstanding silahkan membaca buku terbaru saya berjudul How to Create
Outstanding Service yang sudah ada di toko buku terkemuka di Indonesia.
Foto: diunduh dari
No comments:
Post a Comment